Secara bahasa Jihad berasal
dari kata Jahada artinya “bersungguh-sungguh menggapai suatu tujuan”. Secara
terminologis jihad berarti : Upaya mencurahkan segala kemampuan dalam
menegakkan syrai‟at Islam, supaya terwujud masyarakat Islami dalam kehidupan.
Jihad dalam artian luas bisa bermakna, menginfakkan harta, mengajarkan agama,
amal makruf nahi mungkar, (Anggota Polri yang ikhlas bertugas menegakkan aturan
termasuk sedang berjihad), memerangi hawa nafsu, dan membela diri dari
kezaliman. Jihad dalam makna perang dalam Islam lebih ditekankan pada tindakan
membela diri, sebagaimana firman Allah : “Telah diizinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”. (QS. Al-Hajj :
39).
Bersumber dari Abu Musa r.a,
dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Perumpamaan orang yang berdzikir dengan
orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati”
(Hadist Shahih riwayat Al Bukhari Kitabud Da‟awaat bab 66 No. 6407)
Jihad juga bermakna
mengerahkan segala kemampuan dalam mengkaji Alqur‟an dan sunnah, sehingga
masalah-masalah ummat terkini bisa terjawab secara hukum Islam, mereka itulah
yang disebut Ulama Mujtahid, yaitu sekelompok Ulama yang sudah memenuhi
kriteria tertentu untuk berijtihad dalam menentukan hukum yang belum diatur
dalam Al-Qur‟an maupun Hadits, diantara Ulama besar yang telah mengabdikan
seluruh hidupnya untuk hal ini adalah Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Hambali dan
Imam Syafii, mereka dikenal dengan Imam Mazhab.
Imam Ibnu Katsir dan
At-Thabari disaat menjelaskan makna “jihad yang sebenarnya” pada surah
Al-Hajj:78 di atas mengaitkannya dengan ayat Fattaqullaha haqqa tuqatihi “.
(bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa), yang dimaksud
sebenar-benar taqwa adalah orang yang rela mengorbankan diri dan hartan
MACAM
- MACAM JIHAD
Artian mempertahankan diri dari serangan musuh.
Firman Allah SWT : “Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas”. (QS. Al-Baqarah:190).
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan "perdamaian di
Hudaibiah", yaitu pada suatu ketika di bulan Zulqa‟idah Rasulullah SAW
bermaksud umrah ke 55
Masjidil Haram, kemudian
mereka dicegat oleh kafir Quraisy untuk memasuki Baitullah, sehingga tahun itu
Rasulullah SAW dan sahabat tidak bisa melaksanakan umrah, namun Rasulullah
dengan sabar tidak membalas tindakan penghalangan itu, dengan kepiawaian
diplomasinya diadakanlah perjanjian Hudaibiyah, yang salah satu poinnya adalah
kaum Muslimin tidak boleh menunaikan umrah pada tahun ini namun boleh pada
tahun berikutnya, Rasul menerima perjanjian itu lalu kembali ke Madinah. Tahun
berikutnya Rasulullah SAW beserta sahabat mempersiapkan diri untuk melaksanakan
umrah sesuai perjanjian, namun terdengar kabar bahwa ternyata kaum musyrikin
Mekkah masih bermaksud menghalangi mereka, menanggapi hal itu Rasul meminta
petunjuk kepada Allah SWT, mengingat bulan itu termasuk bulan yang diharamkan
berperang. (bulan haram adalah bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab).
Maka turunlah ayat di atas dan QS.Al-Baqarah:194 :”Bulan haram dengan bulan
haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh
sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan
serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah
beserta orang-orang yang bertakwa”. (Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari al-Kalbi,
bersumber dari Ibnu Abbas.) 2. Jihad dalam arti menegakkan agama Allah dan
meninggikannya. Firman Allah :”Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah
dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari
kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”.
(QS. Al-Anfal:39). Jihad dalam makna perang ini telah diatur adab-adabnya,
diantaranya tidak boleh membunuh orang tua renta, wanita, anak-anak, tidak
merusak alam, dsb. 3. Jihad dalam arti berusaha melepaskan diri dari godaan
syetan. ”Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang
yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan
itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”. (QS. An-Nisa:76).
56
JIHAD
DALAM ARTI MEMERANGI HAWA NAFSU.
Diriwayatkan dari Jabir r.a,
ia berkata:” telah datang kepada Rasulullah SAW suatu kaum yang baru kembali
dari peperangan Badar, Rasul berkata :‟kamu baru kembali dari jihad yang kecil
dan akan memasuki jihad yang besar‟, sahabat bertanya:‟apakah jihad yang lebih
besar itu?‟, Rasul menjawab ” perjuangan hamba melawan hawa nafsu”. (HR.
Baihaqi).
Melawan hawa nafsu
diposisikan Rasulullah SAW sebagai jihad akbar dibanding perang Badar, karena
mengendalikan nafsu itu memang sangat berat.
JIHAD
DALAM ARTI MENGABDIKAN SELURUH HIDUP UNTUK AGAMA ISLAM.
Firman Allah :
”(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (QS. Al-Baqarah:273)
Ayat diatas menjelaskan bahwa termasuk orang yang
berjihad adalah orang yang mengabdikan hidupnya di jalan Allah sehingga dia
tidak bisa lagi berusaha layaknya orang lain, mungkin mereka tidak
meminta-minta, tapi mereka berhak mendapatkan zakat maupun sedekah, orang
seperti ini bisa jadi seorang yang selalu tampil dalam peperangan, bisa juga
orang yang mengabdikan dirinya mengurusi masalah keummatan seperti para da‟i
yang terjun kepedesaan untuk mengajarkan Islam, para relawan maupun donatur
yang terjun kesetiap wilayah konflik atas nama kemanusiaan, dan lain
sebagainya.
JIHAD
DALAM ARTI MENCARI KERIDHAAN ALLAH SWT.
Firman Allah : ”Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Ankabut : 69)
Ayat ini menjelaskan bahwa
disamping jihad dalam makna berperang juga ada jihad untuk mencari keridhaan
Allah SWT, tidak bisa dipungkiri bahwa untuk tetap dalam lingkaran keridhaan
Allah SWT pada zaman ini adalah hal yang amat berat, dibutuhkan tekad yang
bulat, sikap yang istiqamah dan perjuangan yang gigih untuk itu, mengapa
demikian?, karena zaman sekarang adalah zaman yang sudah terbalik-balik, zaman
dimana orang jujur disingkirkan, orang istiqamah dimusuhi, orang tekun ibadah
dan konsisten dalam kebenaran dikatakan konservatif, orang yang senang
menasehati orang lain dibilang usil, bahkan jika ada orang yang bersuara keras 57
terhadap ketidakadilan dan tegas terhadap kemungkaran
akan dituduh teroris dan ekstrim, sebaliknya orang yang tidak perduli dengan
semua itu akan dipuja sebagai tokoh yang moderat, egaliter, cendikia, modernis
dan sebagainya. Ada ungkapan orang barat yang bukan islam namun sangat tepat
kita praktekkan saat ini yaitu : ”Some times we have to choose beetwen pleasing
God or pleasing man, but for the long run, you have to choose pleasing God,
because he is more apt to remember”. Artinya: terkadang kita mesti memilih
antara menyenangkan hati manusia atau menyenangkan hati Tuhan, tapi untuk
tujuan jangka panjang, kita mesti memilih menyenangkan hati Tuhan, karena Dia
lebih mampu untuk mengingat (kebaikan manusia, sementara manusia mudah
melupakan
0 Response to "MELURUSKAN MAKNA JIHAD"
Post a Comment