Suatu ketika di Kab. Melawi dalam suasana pilkada, lima
pasang calon waktu itu sedang berkampanye dan mengumpulkan massa, sehubungan
dengan hal tersebut Penulis sering turun ke wilayah-wilayah melaksanakan
kunjungan kerja seperti kontrol ke Polsek-Polsek dan bersilaturrahmi dengan
Toga, Todat dan Tomas.
Seperti biasanya Penulis selalu melaksanakan shalat
fardhu berjama‟ah di mesjid setiap masuk waktu shalat, suatu ketika malam
minggu di suatu daerah Penulis diminta memimpin acar dzikir bersama yang
dihadiri seluruh majelis taklim satu kecamatan, tenyata pihak gereja setempat
telah mengetahui kunjungan Penulis ke daerah tersebut, pada saat yang sama
mereka juga mengadakan acara kebaktian dengan mengumpulkan seluruh pendeta yang
ada di daerah itu.
Setelah selesai berdzikir tiba-tiba ada perwakilan dari
pengurus gereja menemui Penulis, meminta supaya Penulis bersedia memberi
pengarahan kepada seluruh pendeta yang ada di gereja saat itu. seluruh anggota
majelis taklim saat itu menyarankan jangan dihadiri, karena takut ada apa-apa,
akhirnya Penulis menanyakan maksud undangan itu, mereka menjawab bahwa mereka
berharap Penulis sebagai Kapolres berkenan memberikan bimbingan kepada mereka.
Akhirnya Penulis memutuskan menghadiri undangan itu dan
didampingi Kasat Intel, tiga orang pengurus gereja telah menunggu di depan
mesjid, saat itu Penulis mohon ijin untuk mengganti pakaian dulu (karena saat
itu Penulis memakai jubah dan surban), diluar dugaan mereka berkata :” tidak
usah pak, justru kami senang bapak berpakaian seperti itu”.
Sampai di gereja semua hadirin sudah siap menunggu dan
Penulis diberikan kesempatan untuk berbicara di atas mimbar, saat itu Penulis
menyampaikan :” kita ini semua adalah anak cucu Nabi Adam dan Siti Hawa, kita
semua warga negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kita juga
mengakui adanya Bhinneka Tungal Ika, kita juga sama-sama memakai bendera merah
putih, dan sama-sama ingin merasakan keamanan dan kedamaian di negeri ini,
disinilah Penulis menjelaskan bahwa keamanan adalah milik kita semua dan tanggung
jawab kita bersama. Kemudian Penulis menyampaikan bahwa dalam Pilkada ini Polri
bersifat netral, silahkan masyarakat memilih sesuai hati nuraninya, jangan
salah pilih, pilihlah calon pemimpin yang betul-betul perduli dengan
masyarakatnya, cukuplah kejadian-kejadian selama ini, adanya tindakan anarkis,
hasud menghasud, adu domba menjadi pelajaran berharga bagi kita, tindakan adu
domba yang mengakibatkan tindakan anarkis hanyalah merupakan malapetaka bagi
kita semua. Setelah penyampaian tersebut jemaat gereja terlihat merspon positif
hal yang disampaikan Penulis, pesan-pesan itu mereka sampaikan dari mulut ke
mulut, dan Alhamdulillah Pilkada tahun itu di Kab. Melawi mendapat predikat
teraman kedua secara nasional setelah Kab. Kutai (dari 290an Pilkada se
Indonesia) saat itu, hal ini berdasarkan penilaian Tim Pemantau Mendagri.
0 Response to "CERAMAH DI GEREJA"
Post a Comment