KEISTIMEWAAN BULAN MUHARRAM
Keutamaan
Bulan Muharram dan Hari Asyura
Dari: www.eramuslim.com Kiriman: Ari Sukarno
Muharram adalah
bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan
peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang
tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua
belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan
itu ada empat bulan yang disucikan."
Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah,
Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat
dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji terakhirnya
mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat
di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah,
Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab."
Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan
lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang
diakui sebagai bulan paling suci dalam satu satu tahun. Keempat bulan
tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada
alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah
mengakui keempat bulan tersebut disucikan.
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan
yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan
dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt memilih bulan khusus untuk
menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki kebesaran itu
atas kehendakNya.
Keutamaan Bulan Muharram
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang
paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram."
Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib,
tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala
yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal
dengan hari 'Asyura. Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw
hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di
Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang
Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa
dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati
Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan,
"Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian"
dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura.
Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada
hari 'Asyura diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara
puasa pada hari 'Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika
Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan
umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa
wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan
kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa
pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau."
Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah
melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad
lebih memilih berpuasa pada hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan
lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa 'Asyura." (HR
Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa
puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura
diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura.
Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi
hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan
puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia
menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu
hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram
atau tanggal 10 dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak
bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada
10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun
ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan.
Legenda dan Mitos Hari 'Asyura
Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian
yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun
tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi
keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari'Asyura
Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada
hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura
Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda
itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan
bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk
hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura
dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan
tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam
sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan dengan
peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura
sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran
Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya
dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari 'Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan
Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak
membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat
adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan
pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai
tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala,
apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada
sendiri.
Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan
upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu,
karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah. Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku
yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang
pada zaman jahiliyah."
Bulan Pengampunan Dosa
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem
kalender Islam. Kata Muharram artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya
ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada
bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan pertumpahan
darah.
Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram
banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa
kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni
dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan. (Tarmizi)
0 Response to "KEISTIMEWAAN BULAN MUHARRAM"
Post a Comment