KECINTAAN RASULULLAH TERHADAP ANAK KECIL, YATIM PIATU DAN PENDERITA
Oleh : KOMBESPOL DRS. H. JOHN HENDRI, SH, MH
DRS. H. JOHN HENDRI, SH, MH |
Al-Imam Bukhari dan Al-Imam
Muslim rah. meriwayatkan dari pada Sayyidina Anas bin Malik r.anhu, bahwa
junjungan kita Nabi S.A.W. bersabda :
"sedianya
sembahyangku akan kupanjangkan, namun bila ku dengar tangisan bayi, terpaksa
aku singkatkan kerana mengetahui betapa gelisah hati ibunya, dan di mana saja
baginda dengan anak kecil maka dengan penuh kasih sayang dipegangnya."
Mengusap-usap dan membelai
rambut kepalanya atau menciuminya, seperti kata Sayyidatina Aisyah r.anha,
bahawa Nabi s.a.w. menciumi Al-Hassan dan Al-Husin, di hadapan Al'aqra bin
Habis yang hairan lalu berkata :
"Ya
Rasulullah, saya mempunyai sepuluh anak, tak seorangpun yang pernah ku cium
seperti engkau ini," maka Rasulullah s.a.w. dengan tajam memandangnya,
seraya bersabda "sesiapa yang tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya,
tidak akan dirahmati oleh Allah s.w.t."
Sayyidatina
Aisyah r.anha juga meriwayatkan : bahwa datang seorang Badwi kepada Rasulullah
s.a.w. :Kalian suka benar menciumi anak, sedang kami tidak pernah melakukan
yang demikian itu. Maka Rasulullah s.a.w. segera membalas "Apakah yang
hendak kukatakan bila rahmat sudah hilang tercabut dari seseorang."
Baginda
s.a.w. selalu menggembirakan hati anak-anak, dan bila datang seorang membawa
bingkisan, berupa buah-buahan misalnya, maka yang pertama diberinya, ialah
anak-anak kecil yang kebetulan ada di majlis itu, sebagai yang diriwayatkan
oleh Al-Imam Ibnu Sunniy dan Al-Imam At-Thabrani rah.
Sedang
terhadap yatim piatu, perhatian Nabi s.a.w. sangat besar sekali, prihatin,
melindungi, dan menjamin keperluan hidup mereka, dan selalu dipesankan dan
dianjurkan kepada umatnya dalam tiap keadaan. "Aku dan pemeliharaan anak
yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan
mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda
s.a.w. (H.R. Bukhari)
Dalam
hadis yang lain baginda s.a.w. bersabda "Sebaik-baik rumah tangga muslim
ialah yang di dalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan baik" (H.R.
Ibnu Majah)
Dan
apabila ada seseorang dari sahabatnya menderita kerana sesuatu musibah yang
dialaminya, baginda s.a.w. juga ikut merasakannya, bahkan ada kalanya menangis
kerana terharu.
Pada
suatu hari, baginda s.a.w. bersama dengan Sayyidina Abdur Rahman bin Auf r.anhu
menjenguk ke rumah Sayyidina Sa'ad bin Ubadah r.anhu yang sedang sakit, demi
Nabi s.a.w. melihatnya, maka bercucuranlah air matanya, sehingga menangis pula
semua yang ada di rumah itu.
Dan
ketika Sayyidina Usman bin Madh'un meninggal, Nabi s.a.w. datang melewat,
baginda s.a.w. lalu menciumnya sedang air matanya meleleh membasahi pipinya,
sehingga Sayyidatina Aisyah r.anha berkata aku melihat air mata Rasulullah
s.a.w. jatuh membasahi wajah Usman r.anhu yang telah wafat itu, di dalam
riwayat yang lain, Nabi s.a.w. mencium antara kedua matanya, kemudian menangis
kerana terharu.
Betapa
agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan anak yatim dalam
posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan
melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka.
Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan
tentang hal ini. Dalam surat Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:
“Tahukah
kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan
tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin “{QS. Al-ma’un : 1-3}
Dalam ayat lain, Allah juga
berfirman :
“Maka
terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap
pengemis janganlah menghardik”.(QS. Ad-Dhuha : 9 – 10 )
Dari
Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat
“janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang hak” dan
“sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzolim” ayat ini
berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak yatim, dimana mereka
memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dan minuman anak
itu, mereka mengutamakan makanan anak itu dari pada diri mereka, makanan anak
itu diasingkan disuatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu
sangat berat bagi mereka kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw.
Lalu
Allah berfirman “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak
yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian
bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu” kemudian
orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim.
ANAK YATIM PENYEJUK HATI
''Bila
engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan Anda mencapai keinginanmu,
sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang
engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan
keinginanmu akan tercapai. (HR Thabrani). Hadis tersebut memberikan petunjuk
kepada umat Islam bahwa salah satu sarana untuk menenangkan batin dan mendamaikan
hati ini adalah mendekati anak yatim, terlebih yatim piatu. Mengusap kepala
mereka dan memberinya makan minum merupakan simbol kepedulian dan perhatian
serta tanggung jawab terhadap anak yatim/piatu.
Berbuat
baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah sekadar turut membantu menyelesaikan
lapar dan dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain perbuatan itu merasuk ke dalam
batin, menenteramkan hati, dan mendamaikan perasaan orang yang memberi
perhatian kepada mereka. Berbagai ayat Alquran dan hadis Nabi banyak
membicarakan betapa mulianya kedudukan anak yatim/piatu di mata Allah SWT.
Di
dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan kekerasan
kepada anak yatim/piatu. Firman Allah SWT: ''Adapun terhadap anak yatim
maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.'' Anak yatim yang
ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan ayah-ibunya,
mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik keluarga terdekat
maupun dari yang lainnya. Ia mengharapkan tumpuan kasih sayang dan sebaliknya
juga sekaligus menjaga sumber kasih dan ketenangan itu. Orang yang menenangkan
hati dan perasaan anak yatim, ia pun akan memperoleh balasan seperti itu pula,
yakni ketenangan batin.
Rasulullah
SAW terkenal dengan kelemahlembutannya yang demikian tinggi terhadap anak yatim/piatu.
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari raya Idul Fitri,
Rasulullah SAW melihat seorang anak yatim, lalu beliau mengelus dan
merangkulnya, berbuat baik padanya, membawa anak itu ke rumah beliau, lalu
berkata kepada anak yatim itu, ''Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi
ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?''
Jadi,
anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan batin, mendekati dan berbuat baik
kepadanya akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau anak yatim disakiti dan
dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada mereka yang
berbuat sewenang-wenang itu.
Selawat
dan Salam moga dilimpahkan Allah s.w.t. atas junjungan serta Sayyid kita Nabi
Muhammad S.A.W. (Ya Allah Tempatkan Junjungan kami di tempat yang Kau janjikan
...Amin) Beserta Ahlulbayt dan para sahabat r.anhum yang mulia lagi menyayangi
akan Umat Nabi s.a.w. ini.
Dan
Segala Puji hanya bagi Allah S.W.T., Tuhan Empunya sekalian Alam, Tiada berlaku
sesuatu melainkan dengan Kehendak-Nya, lagi Maha Mengatur, Maha Kuasa, Tiada
Daya Upaya melainkan Allah Azza Wajalla, Dan Allah s.w.t. Maha Pemurah lagi
Maha Mengasihani.
0 Response to "KECINTAAN RASUL KEPADA ANAK YATIM & PENDERITA"
Post a Comment