Kombespol Drs. H. John Hendri, SH, MH | & Henky Tornando |
“Dan tidaklah kami
utus engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam”(Al-Anbiya: 107)
Mengapa setiap kali ada
kasus kekerasan yang kebetulan dilakukan oknum yang beragama Islam, langsung
saja tindakan itu dikaitkan dengan istilah teroris, dan tindakan teror itu
selalu dikaitkan dengan Islam?. Tapi pada kasus lain yang tidak kalah kejinya,
sebut saja pemberontakan OPM di Papua dan RMS di Maluku, yang sudah banyak
memakan korban, mulai dari masyarakat sipil sampai aparat negara, kita tidak
pernah mendengar mereka dikatakan sebagai teroris, dan tak pernah dikaitkan
dengan agama mereka?.
Masih ingatkah kita pada
tanggal 20 Juli lalu?, seorang pemuda bernama James E. Holmes menembak membabi
buta, di sebuah bioskob di kota Aurora Colorado, pada saat pemutaran perdana
film Batman, peristiwa itu menewaskan 12 orang dan 57 lainnya terluka. Penyelidikan
selanjutnya Polisi Colorado menemukan di rumahnya sejumlah bahan peledak, yang
diduga untuk menjebak siapa saja yang masuk rumahnya. Dari peristiwa ini
pernahkah kita mendengar istilah teroris di alamatkan kepada J.E.Holmes?,
atau apakah peristiwa itu dikait-kaitkan dengan agamanya?, ternyata
tidak.
Terus bagaimana dengan
pembantaian masyarakat muslim Rohingya di Myanmar?, mengapa tidak serta
merta masyarakat dunia menuduh penganut Budha di Myanmar sebagai Teroris?.
Teror berasal dari kata
“Terreur” yang berartikan pembunuhan bermotif politik dengan menggunakan
senjata, dimana hal ini telah umum digunakan dalam bahasa Persia, dan ahli
bahasa Arab kontemporer mengunakan kata-kata ‘ihraq’ (pertumpahan darah)
sebagai ganti dari kata teror. Teror dalam bahasa Perancis berartikan kepanikan
atau ketakutan, dan teror menjadi prinsip pemerintah revolusioner yang berkuasa
di Perancis setelah jatuhnya kekuasaan Gironde (1973-1974) yang banyak
menjatuhkan eksekusi dengan alasan politik.” Secara terminologi banyak
perbedaan antara para ahli bahasa dalam pendefinisian “terorisme”, perbedaan
itu terkadang sangat jauh, seakan-akan mereka sedang membicarakan objek yang
berbeda:
- Dalam kamus The International Relations Dictionary disebutkan, Terorisme adalah kegiatan (aksi) aktor pemerintah maupun non-pemerintah yang mencoba menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan politik mereka.
- Berdasarkan definisi yang disebutkan dalam kamus Mu’jam Al-Washit, teroris ialah orang-orang yang menempuh jalan kekerasan guna meraih tujuan politik.
- Dalam A Dictionary of Modern Politics disebutkan, Terorisme ialah mengunakan politik kekerasan sebagai alat atau sarana untuk menekan pemerintah atau masyarakat agar menerima perubahan politik atau sosial yang mendasar.
Kamus Dictionary of
Political Science menyebutkan terorisme ialah satu fenomena yang di
dalamnya terkandung kegiatan yang ekstrim dan penuh kekerasan, seperti
pembunuhan dengan sengaja, memborbardir, atau melempar seseorang dari atas gedung,
yang dilakukan secara individual maupun berkelompok dengan klaim bahwa
aksi-aksi tersebut bertujuan guna untuk perbaikan kondisi politik.
Dari beragam defenisi di
atas, jelas teror itu bisa saja dilakukan oleh semua kelompok dan semua Negara,
bukan hanya oleh orang Islam saja.
ISLAM AGAMA RAHMAT
Asal kata Islam adalah”
salima-yaslimu-salaman”.(selamat- menyelamat
kan – dalam keadaan
selamat). Berbeda dengan agama lain yang diambil dari nama pembawa ajarannya,
seperti Kristen diambil dari nama Kristus.
Rasulullah bersabda : “Orang
Islam adalah apabila selamat orang lain dari gangguan lisan dan tangannya”.
Maka indikator keislaman seseorang bukan hanya ketaatannya dalam
beribadah ritual, tapi juga kesalehannya secara sosial. Dimana tempat yang
komunitas muslimnya mayoritas, hampir bisa dipastikan kaum minoritas aman, tapi
hal yang sama belum tentu terjadi, disaat kaum minoritas itu adalah
muslim. Sayangnya media kita sering berat sebelah dalam pemberitaan mereka.
PERBEDAAN AGAMA ADALAH
SUNNATULLAH
Alqur’an menjelaskan bahwa,
perbedaan agama adalah kehendak Allah, karena hal itu merupakan kehendakNya,
maka tidak ada alas an untuk menjadikan perbedaan agama, sebagai alas an
memerangi agama lain, selama mereka tidak memerangi kita.
Dalam hal akidah dan
beribadah kita mesti tegas “lakum dinukum waliyadin” namun dalam masyarakat
kita harus jadi rahmat.
AYAT-AYAT TENTANG
PERBEDAAN AGAMA
“…Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan”. (QS. Al-Maidah:48)
“Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat”. (QS. Hud:118)
“Dan kalau Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS. An-Nahl:113)
MENINJAU AKAR MASALAH
TERORISME
Pada umumnya tindakan nekad
para “teroris” itu dilatarbelakangi oleh dua factor. Pertama, keinginan
membalas kesewenang-wenangan negara barat terhadap negara -negara muslim, dan
ketidakadilan mereka menyikapi konflik Israel - Palestina, dan negeri muslim
lainnya.
Dengan kata lain, tindakan
teror yang mereka lakukan adalah sebuah reaksi bukanlah aksi, dari sudut
pandang ini sekilas terlihat wajar, karena ibarat pepatah “Semut saja menggigit
kalau diinjak”. Meredam reaksi seperti ini dengan kekerasan, hanya akan
mengundang kekerasan yang sama, ibarat menahan air mengalir, lama-lama ia pasti
meluap dan luapan itu biasanya akan lebih besar dibanding ia mengalir seperti
biasa. Maka salah satu alternatif yang diusulkan untuk meredam reaksi itu
adalah, dengan memberikan akses kepada mereka untuk bisa mewujudkan aksi
solidaritasnya, melalui organisasi-organisasi sosial kemanusiaan, seperti
Palang Merah Indonesia, MERCY, dsb.
Pada saat yang sama pemerintah
kita juga seharusnya, secara riil memperlihatkan perannya dalam merespon
isu-isu global terutama yang menyangkut diskriminasi terhadap ummat Islam,
seperti tragedi kemanusiaan yang menimpa ummat Islam di Myanmar baru-baru
ini, bukan hanya dengan pernyataan mengutuk dan menyesalkan, tapi dengan
sikap tegas dan mengoptimalkan upaya-upaya diplomasinya.
Apabila hal ini dilakukan
dengan sungguh-sungguh, tentunya kelompok Islam yang tadinya hendak
bertindak sendiri akan bisa dicegah, karena saat itu mereka melihat pemerintah
telah mewakili mereka.
Akar masalah kedua
adalah, fanatisme agama dan golongan yang tidak dibarengi dengan pengetahuan
agama yang mapan, para pelaku teror sekarang ini rata-rata berusia muda, secara
emosional jelas mereka belum matang, secara akademis keagamaan latar belakang
mereka beragam, ada yang memang dari pesantren, namun tak jarang pula yang dari
pendidikan umum, kemungkinan besar waktu mereka direkrut, kondisi mereka ibarat
gelas berisi separuh atau malah kurang dari itu, sedangkan doktrin yang mereka
terima luar biasa dahsyatnya, maka yang terjadi adalah mereka terwarnai oleh
doktrin itu.
Kalau hal ini yang menjadi
akar masalahnya, maka solusi yang terbaik adalah dengan pencegahan dini melalui
pembinaan, doktrin hanya bisa dilawan dengan doktrin, sebab doktrin yang sudah
tertanam kuat, tidak bisa dilawan dengan kekuatan, bahkan semakin banyak mereka
yang korban (syahid versi mereka), justru akan semakin banyak yang terinspirasi
untuk mengikuti jejaknya, dan kalau ini yang terjadi maka kita hanya ibarat
menebas ilalang, hari ini hilang, besok berkembang. WALLAHU A’LAM
0 Response to "ISLAM BUKAN AGAMA TERORIS"
Post a Comment