adalah sauatu kepribadian yang hakiki yang dimiliki oleh seseorang sesuai dengan keyakinnnya. Seorang mukmin percaya hanya kepada Allah SWT yang mengatur hidupnya, yang memberi rizkinya, yang menentukan segala kejadian yang menimpanya. Dialah satu-satunya yang memberi manfaat dan mudharat, Dia juga yang memberi hikmah dan jalan keluar dari seluruh permasalahan kita, dan akhirnya kepadaNya jualah kita akan kembali. Keyakinan ini akan membawa ketenangan bathin dan ketenteraman jiwa, dikala seseorang mendapat musibah ia tidak putus asa, dan dikala seseorang sedang jaya dan berkuasa ia tidak semena-mena dan tidak terperdaya oleh ke Akuan dirinya.
Kombes Pol. John Hendri bersama Susilo Bambang Yudhoyono dan Para Santri |
Seorang mukmin juga akan senantiasa hati-hati dan mawas diri dalam ucapan dan perbuatannya, karena dia juga percaya kepada keberadaan malaikat pencatat amal di sebelah kiri dan kanannya, oleh karena itu supaya tidak salah dalam melangkah, seorang mukmin akan mempedomani kitab suci Alqur‟an sebagai panduan hidupnya, sehingga dia tidak akan hanyut dengan gemerlapnya dunia ini, dia sadar bahwa dunia hanya tempat singgah sementara dan panggung sandiwara, oleh karena itu seorang mukmin tidak akan menyandarkan harapannya kepada balasan makhluk dan pengadilannya, tapi dia berharap balasan dan pengadilan Allah di akhirat nantinya. Sebagaimana Firman Allah SWT: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS.Al-Anfal:2). “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al-An‟am: 59).
Dengan iman kita tahu tujuan yang sebenarnya, akhirat adalah tujuan utama sedangkan dunia hanya sebagai perantara, oleh karena itu jadikanlah segala pekerjaan dan aktifitas dunia kita bertujuan ibadah, agar waktu dan tenaga yang kita pakai tidak sia-sia, awali dengan niat demi dan karena Allah, laksanakan dengan jujur dan akhiri dengan ikhlas.
2. BERILMU HIDUP MUDAH
Ali bin Abi Thalib pernah berkata “kalau engkau punya harta maka engkau akan sibuk menjaganya, bahkan engkau bisa diperbudaknya, tapi jika engkau punya ilmu, dia yang akan menjagamu dan mempermudah kehidupanmu”. Ali bin Abi Thalib memang sahabat yang paling besar perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan, bahkan pada suatu ketika Beliau pernah berkata : Ana „abdun „ala man „allamani harfan minal qur‟an (Saya rela menghambakan diri kepada orang yang megajariku satu huruf saja dari Alqur‟an).
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ilmuan mempunyai peran penting dalam kehidupan, segala kemudahan dan sarana mobilisasi tinggi dengan segala kecanggih teknologinya, adalah buah karya dari para ilmuan dengan segala kajian, penelitian dan eksperimen mereka. Sungguh kita berhutang budi pada mereka, karena penemuan mereka itulah sekarang dunia ini terasa sebesar genggaman saja, andai mereka para ilmuan ituorang beriman kepada Allah SWT, maka akan mengalirlah amal jariyah ke dalam kubur mereka setiap saat, begitu derasnya aliran itu sederas arus komunikasi saat ini. Jadi ilmu harus dibarengi iman supaya ilmu melahirkan kebaikan, kalau tidak maka ilmu itu akan menjadi senjata makan tuan. Mari kita layangkan pikiran kita sejenak ke zaman batu, lalu pindah ke zaman kakek kita dahulu, disaat mereka dahulu memecah batu dengan tangan mereka, mengangkat beban berat dengan kekuatan fisik mereka, menumbuk padi dengan lesung, pergi ke suatu tempat dengan berjalan kaki, menuju Mekkah dengan kapal laut, membutuhkan waktu berbulan-bulan sehingga banyak yang meninggal di perjalanan, lalu bandingkan dengan keadaan sekarang, apa yang tidak bisa kita ketahui saat ini? kemana tempat yang tidak bisa kita kunjungi?, itu semua berkat ilmu...ya ilmu... yang sejak semula sudah Allah perintahkan untuk kita kuasai. Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat, bahkan kalau perlu carilah ilmu itu sampai ke negeri Cina, itulah pesan Rasulullah sejak dahulu, bahkan karena kekhawatiran putusnya rantai keilmuan, Rasul melarang seluruh sahabat pergi berperang, kecuali ada yang tinggal untuk mengajarkan ilmu kepada ummat yang tidak ikut berperang. Lalu mengapa sekarang keilmuan kita jauh tertinggal?, mengapa banyak ilmuan di negeri ini kurang “dihargai” sehingga mereka menjual ilmunya ke luar negeri?. Bukankah Rasul juga pernah bersabda “jadilah ahli ilmu, atau yang senang menuntut ilmu, atau paling tidak senang mendengar pembicaraan orang berilmu”, mari kita renungkan pesan Allah berikut ini : “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan). (QS. Ar-Rahman: 33)
3. TABAH DAPAT BERKAH
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pegawai atau penyelenggara negara, tidak senantiasa mulus, biasanya ada saja aral melintang, terutama dalam tugas Kepolisian, ada saja masyarakat yang mengadakan perlawanan, fitnah, caci maki, hujatan, bahkan nyawapun bisa jadi taruhannya. Dalam menghadapi hal tersebut kita harus mampu mengendalikan emosi, kita tetap harus sabar membawa permasalahan ini kepada sistem dan prosedur yang berlaku, dan harus netralitas dan fakta hukum.
Apabila kita terpancing emosi maka akan timbul masalah baru, dimana masalah pokok belum terselesikan timbul lagi masalah baru yang menjadi urusan. Menahan emosi yang dimaksud di sini bukan hanya menahan sifat marah, tapi juga menahan diri untuk bisa berlaku netral, fakta hukum, tidak tergoda oleh KKN. Disinilah kunci keberkahan datang, dan orang yang sabar pasti menang, kalau kita menangani suatu masalah secara proporsional, non intervensi. tidak tergoda dengan iming-iming satu pihak dan menzalimi pihak lain, maka yang melapor jadi kawan yang terlapor jadi teman.
Kehidupan ini tidak akan senantiasa mulus, harapan dan impian tidak akan selalu selaras dengan kenyataan, onak dan duri banyak di perjalanan, aral melintang, topan dan badai akan kita temukan, kita punya rencana, Allah juga punya rencana, dan rencana Allah itulah yang akan jadi nyata. Kalau tak mau diterjang badai jangan berumah di pinggir pantai, kalau tak mau digoyang angin jangan menjadi pohon yang tinggi, tapi jadilah rumput kecil namun siap-siaplah dimakan dan diinjak sapi.
Intinya segala tindakan kita ada konsekwensinya, kalau tak mau jatuh jangan memanjat, kalau tak mau salah jangan berbuat. Tapi Allah SWT tidak suka kepada orang yang tidak berbuat apa-apa, yaitu orang yang hanya cari aman dalam kehidupannya (safety palyer). Allah SWT lebih suka kepada orang yang berjihad, banyak berbuat, berani berikhtiar, berani mengambil resiko, berani tampil di depan untuk sebuah kemaslahatan bersama, Allah SWT mencintai orang yang berani berjuang secara terorganisir dan berjanji akan melipat gandakan pahala orang yang jadi inisiator kebaikan dan inspirator kemajuan, sebagaimana firmanNya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.(QS.Shaf:4). “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka pahalanya sepuluh kali lipat amalnya...”. (QS. Al-An‟am :160). Sering orang bilang “jangan mengeluh, kamu ini sibuk mengeluh saja...”, sebenarnya mengeluh itu sifat dasar manusia (lih.QS.Al-Ma‟arij:19),
tidaklah bijak apabila kita mengatakan itu kepada orang yang datang mengadukan permasalannya kepada kita, sementara kitapun sebenarnya sering mengeluh kepada orang yang posisinya di atas kita, jadi tabah yang dimaksud bukan tidak mengeluh sama sekali, tapi mengeluhlah kepada Allah dalam shalat dan do‟a, sebagaimana firman Allah : ”Hai orang-orang yang beriman, minta tolonglah kepada Allah dengan sabar dan shalat sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS.Al-Baqarah:153). Sesudah kita mengeluhkan segala persoalan kita kepada Allah maka akan timbullah semangat baru, dengan keyakinan Allah pasti memberikan jalan keluar dan hikmah dibalik segala musibah yang menimpa, inilah yang dimaksud tabah dapat berkah. Bagaimana caranya supaya kita tetap tegar dan tabah menghadapi segala cobaan?, Alqur‟an mempunyai resep yang sangat jitu untuk yang satu ini: Pertama, jangan berpikir hanya kita saja yang mendapat cobaan, tapi berpikirlah bahwa kebanyak orang sukses juga telah jatuh bangun dalam kehidupannya, disaat Rasul merasa bersedih karena kalah dalam perang uhud, maka Allah menghiburnya dengan ayat : ”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)...” (QS.Ali Imran: 140). Kedua, apabila suatu musibah menimpa dan hampir membuat kita berburuk sangka kepada Allah, ingatlah pesan Allah berikut ini : “... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, (padahal menurut ilmu Allah) ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal (padahal menurut ilmu Allah) ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Albaqarah:216)
Ketiga, perbanyak membaca kisah para Nabi dan rasul, karena ternyata jalan hidup mereka juga penuh liku-liku, bahkan kebanyakan mereka diberi cobaan yang sangat berat, Nabi Ibrahim selalu dicoba dengan hal yang aneh-aneh, sewaktu muda pernah dibakar hidup-hidup, sesudah tua baru diberikan anak, disaat istrinya hendak melahirkan ia disuruh Allah meninggalkan istrinya di gurun pasir sendirian, bahkan seduah anaknya besar disuruh menyembelihnya dengan tangan sendiri. Nabi Yusuf memang ganteng, tapi gara-gara kegantengannya itulah saudaranya membuangnya ke sumur, sesudah itu keberuntungan datang ia ditemukan kafilah dagang yang kemudian menjualnya kepada seorang raja, sehingga jadilah ia anak angkat raja, tapi tidak lama musibah pun datang lagi, ibu angkatnya tertarik kepadanya dan gara-gara itu ia difitnah dan masuk penjara, sesudah bertahun-tahun dipenjara keberuntungannya datang lagi, berkat tafsir mimpinya ia diangkat menjadi menteri.
Pendeknya semua orang besar dalam sejarah selalu menghadapi pasang surut dalam kehidupan, hanya Nabi Sulaiman sajalah agaknya yang hidup dalam kemujuran, hidup di istana bertahtakan emas dan permata, istrinya seorang ratu yang cantik jelita, bukan hanya manusia bahkan binatang, angin, jin dan syetanpun tunduk kepadanya, tapi luar biasanya Sulaiman tidak sombong bahkan dia adalah hamba yang sangat bersyukur. Mungkin kita sering berpikir, “andai jalan hidup saya semujur Nabi Sulaiman...” sudahlah tidak usah berpikir sejauh itu, karena dari 25 Nabi cuma Nabi Sulaiman yang nasibnya semujur itu .
4. SENI TERASA INDAH
Belajar dari kisah di atas, maka jelaslah bahwa hidup ini hanya sebuah permainan, permainan itu akan menyenangkan kalau kita bisa mewarnainya dengan jiwa seni terutama seni berkomunikasi, tebarkan senyum, lemparkan salam dan sapa, berbuat baiklah selagi kita bisa melakukannya, dengarlah keluhan orang lain dan bantulah semampunya niscaya Allah pun pasti membantu kita, kalau kita punya masalah jangan katakan “wahai Allah sungguh besar masalah ini”, tapi katakanlah “wahai masalah, sungguh Allah maha besar”.
Dalam kehidupan sehari-hari terjadi interaksi antara satu dan yang lainnya, seorang dengan orang lainnya, seorang dengan kelompok lainnya, antara kelompok dengan kelompok lainnya, antara masyarakat dengan masyarakat lainnya, antara suku dengan suku lainnya, dan antara bangsa dengan bangsa lainnya. Di dalam setiap kelompok pasti ada strukturnya, ada pemimpin dan ada yang dipimpin, masing-masing mempunyai peran tersendiri antara kelompoknya, kemudian disaat bertemu dengan kelompok lain demikian juga halnya.
Tidak mungkin bisa terjadi interagsi yang baik kalau tidak ada roh komunikasi, dalam prinsip dasar komuniaksi ada empat fakror yaitu komunikator, komunikan, pesan dan feed back /umpan balik. Kalau yang disampaiakn bisa diterima maka timbullah simpati, sebaliknya maka timbul perlawanan, yang dimasudkan roh komunikasi adalah, jangan sekali-sekali menjelekkan orang lain (mebuka aib), jangan memuji diri (yang dipuji hanya Allah), secara tekhnis kita mesti bisa menjadi komunikator sekaligus komunikan, yang harus saling menghargai, jangan sekali-sekali memotong dan mematahkan pembicaraan orang lain, biarlah harimau di perut tapi keluarnya kambing.
Kombes Pol. John Hendri bersama para Jamaah |
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjaan amal yang shaleh dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Al-Quran surah Al Fushshilat ayat 33)
Itulah ujian proses kesabaran yang hakiki, karena luka karena sayatan masih bisa diobati, tapi luka karena ucapan akan dibawa sampai mati. Hasil interaksi kita dengan masyarakat dapat dilihat dari resfek masyarakat terhadap kehadiran kita, istilah orang minang mengatakan: ”ada urang mantiko bungo”, artinya mendengar namanya saja orang menjadi senang, apabila ia datang ke suatu pertemuan atau warung, dia memesan makanan, tahu-tahu pada saat ia hendak membayar, si pemilik warung berkata :” pak... makanan dan minumannya sudah dibayarkan si fulan....”. betapalah senangnya rasa hati walaupun nominalnya tidak seberapa. Tapi sebaliknya “mantiko cirik”, maksudnya seseorang apabila disebut namanya orang menjadi mual dan muak mendengarnya, dalam keadaan sedemikian itu kalau dia pergi kewarung, maka satu persatu pengunjung warung itu pergi, akhirnya tinggallah dia sendirian....timbullah tanda tanya ada apa denganmu?...
Maka pandai-pandailah berkomunikasi, orang pandai tidak sama dengan orang pandai-pandai, orang pintar tidak sama dengan pintar-pintar, orang pandai dan pintar adalah orang yang berilmu sedangkan orang yang pandai-pandai dan pintar-pintar adalah yang bisa menerapkan seni dalam kehidupannya.
Rasulullah SAW adalah orang yang menerapkan seni dalam dakwahnya, itulah sebabnya banyak orang kafir tertarik dan simpati dengan budi bahasa dan tingkah lakunya, sehingga banyak diantara mereka yang kemudian masuk Islam. Di saat ada seorang yang datang mengakui ingin masuk Islam, tapi belum bisa meninggalkan kemaksiatan, Rasul tidak menolak dan memarahinya, tapi Rasul hanya berkata kepadanya “ baiklah, tidak apa kamu tetap maksiat, tapi saya minta satu hal saja untuk kamu lakukan”, apa itu ya Muhammad?, kata orang itu “ jangan berdusta”. Itu saja ya Muhammad? Jawab orang itu, “ya, itu saja, jawab Rasulullah”. Dengan senang hati orang itupun pergi, sambil berpikir, alangkah mudahnya Islam itu, hanya dengan tidak berbohong saya sudah diterima Rasulullah.
Suatu saat orang tersebut bertemku wanita cantik, lalu ada hasrat untuk berbuat zina dengannya, saat itu ia teringat dengan janjinya, nanti kalau saya ditanya apakah kamu berzina?, apa yang musti saya jawab?, kalau saya katakan ya, mesti saya dihukum rajam, tapi kalau saya katakan tidak berarti saya berbohong, maka orang itupun bingung, akhirnya dia tinggalkanlah wanita cantik itu. Di lain hari ia hendak mabuk, saat itu ia teringat lagi dengan janjinya, nanti kalau saya ditanya Rasulullah, apakah kamu mabuk-mabukan?, kalau saya jawab ya, maka saya akan dicambuk, tapi kalau saya bilang tidak berarti saya berbohong, orang itu bingung lagi, dan akhirnya ia tinggalkan minuman keras itu. Alhasil selama perjanjian itu dia tidak berhasil melakukan perbuatan maksiat, lalu dia datang lagi menghadap Rasulullah dan berkata : ”wahai Rasul, benar engkau, aku cuma disuruh olehmu untuk tidak berbohong, tapi ternyata saya tidak bisa berbuat apa-apa”.
Di lain waktu Istri-istri Rasul datang ramai-ramai seperti orang mau demo, mereka bertanya :” ya Rasulallah, diantara kami ini siapa sebenarnya yang paling engkau cintai?”. Rasul kaget mendapat pertanyaan yang tidak terduga ini, sesaat Beliau diam kemudian angkat bicara, “baiklah, saya tidak akan mengatakan kepada kalian siapa yang paling saya cintai, karena kalau saya katakan nanti kalian bisa saling cemburu dan bertengkar, tapi akan saya tunjukkan kepada kalian siapa yang paling saya cintai”, bagaimana kami mengetahuinya ya Rasulallah?, Rasul menjawab “ siapa besok yang saya berikan cincin maka dialah yang paling saya cintai”.
Pada malam itu Rasul memesan beberapa cincin, kemudian satu-satu istrinya didatanginya, lalu Beliau berkata kepada masing-masing mereka di rumahnya “ istriku, sesungguhnya engkaulah yang paling aku cintai, ini buktinya sebuah cincin saya berikan kepadamu, dan tolong jangan tunjukkan cincin ini kepada yang lain, supaya kalian tidak saling cemburu”. Dengan senang hati istri yang diberi cincin menerima dan berjanji tidak akan memberi tahu istri Rasul yang lain. Begitulah seterusnya malam itu Rasul mendatangi semua istrinya dan memberi cincin dan berkata hal yang sama. Akhirnya esok harinya semua istrinya merasa paling di cintai Rasul dan masing-masing mereka merahasiakannya satu sama lain. Sebagai seorang pemimpin Rasul mempunyai seni tersendiri memperlakukan bawahannya, mereka disebutnya sahabat bukan bawahan atau anak buah, Abu Bakar adalah sahabat yang berwatak bijaksana, sangat hati-hati dalam mengambil tindakan, sehingga terkadang terkesan ragu membuat keputusan, selain itu sebenarnya dia tidak seberani Umar baik dalam mengambil tindakan maupun dalam peperangan, tapi Rasul tidak pernah mengungkit-ungkit hal itu, Rasul selalu melihat sisi baik sahabatnya, dan memanggil mereka dengan gelar yang menyenangkan hati sahabat-sahabatnya itu, Rasul selalu memuji Abu Bakar dengan menyebut-nyebut kebijaksanaannya. Umar memang pemberani dalam segala hal, tapi ia sebenarnya agak ceroboh dan sering terburu-buru dalam mengambil keputusan, tapi Rasul seakan tidak pernah terusik dengan hal itu, bahkan Rasul selalu memuji Umar dengan menyebut-nyebut keberaniannya. Utsman sebenarnya kurang bijaksana dibanding Abu Bakar dan kurang berani dibanding Umar, tapi indahnya Rasul memanggil Utsman dengan perbendaharaan Allah, karena Utsman sangat dermawan, ia selalu jadi donatur dalam setiap peperangan, Rasul sama sekali tidak pernah mengungkit kekurangan Utsman. Ali relatif lebih sempurna dibanding sahabat lain, Ali seorang pemberani tidak kalah beraninya dengan Umar, dalam setiap peperangan Ali selalu diumpankan terlebih dahulu barulah pasukan lain maju. Ali juga sangat bijaksana tidak kalah bijaksana dari Abu Bakar, dan Ali juga sangat pemurah tidak jauh beda dengan Utsman, namun disinilah seni memimpin Rasul itu terlihat jelas, Rasul tidak memanggil Ali dengan keberaniannya sehingga Umar tidak perlu merasa tersaingi, juga tidak menyebut Ali dengan kebijaksanaannya sehingga Abu Bakar tidak merasa ditandingi, juga Rasul tidak menyebut Ali dengan kedermawanannya, sehingga Utsman tidak merasa di bawah Ali, tapi Ali dipanggil dengan gelar “Babul Ilmi” (pintu ilmu), Rasul bersabda : Ana madinatul ilmi wa Ali babuha” (saya adalah gudangnya ilmu dan Ali adalah pintunya). Sebenarnya panggilan ini sudah mengakomodir semua itu kelebihan Abu Bakar, Umar maupun Utsman, tapi mereka tidak merasa begitu. Inilah salah satu seni memimpin Rasulullah SAW yang sangat penting kita contoh saat ini.
Banyak pemimpin kita saat ini yang merasa berat memberikan apresiasi pujian kepada bawahannya, yang cenderung terjadi adalah kemarahan dan makian di saat anak buah salah, sebuah kesalahan bisa dibesar-besarkan sehingga menutupi seratus kebaikan, istilah lazimnya dikalangan kita adalah “jasa tak terhimpun, dosa tak terampun”. Reward and funishment sering tidak berjalan berimbang, sehingga banyak barisan sakit hati yang mengganggu jalannya organisasi, mereka sebenarnya tidak bisa disalahkan, karena kebanyakan mereka terkadang korban dari sikap pimpinan yang cenderung hanya melihat kesalahan anak buahnya, tanpa mempertimbangkan keberhasilan dan prestasi mereka.
WANITA ADALAH TIANG NEGARA
Nabi Muhammad Rasulullah bersabda bahwa “Wanita adalah tiang Negara !”. Hancur atau majunya suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Seorang penyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila kamu siapkan dengan baik. Berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya. Begitu juga, orang-orang bijak banyak yang mengaitkan keberhasilan para tokoh dan pemimpin dengan peran dan bantuan kaum wanita lewat ungkapan “Dibalik keberhasilan setiap pembesar, ada wanita!” Tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban ini. Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya.
0 Response to "EMPAT FILSAFAT HIDUP"
Post a Comment