FILOSOFI IBADAH HAJI


“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”(QS. Al-Hajj: 27)
Ibadah Haji adalah berkunjung ke Baitullah pada bulan haji dan melaksanakan rukun dan wajib haji dengan niat lillahi ta’ala. Ibadah haji merupakan ibadah terlengkap karena merupakan akumulasi dari ibadah badan, harta, waktu, perasaan dan fikiran,  oleh karena itu hanya orang yang dapat hidayah Allah dan mempunyai tekad yang kuatlah  yang akan tiba di sana, sesuai dengan namanya ” Hajj “ bernakna ”hajat yang kuat/ tujuan yang bulat”.

Banyak orang Islam yang sebenarnya sudah sanggup menuju kesana, namun karena hidayah Allah belum ada mereka mengatakan ” kami belum ada panggilan”, padahal sudah dari dahulu Allah SWT memanggil kita ke sana sebagaimana dalam QS. Al Hajj: 27 di atas, selain memanggil Allah SWT juga mewajibkan bagi yang mampu, sebagaimana firmanNya : ”Berhaji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. QS. Ali Imran :97

Hikmah Ritual Haji
Luar biasanya panggilan haji ini bukan hanya ditujukan kepada orang Islam, tapi kepada seluruh manusia, sementara kewajiban shalat, Puasa dan zakat hanya ditujukan kepada orang Islam. Kenyataannya memang Hal ini menunjukkan betapa agung dan betapa banyak makna yang tersirat lewat kewajiban haji ini.
Walaupun Alqur’an tidak menjelaskan secara tekstual tentang makna setiap kegiatan ibadah haji, namun secara kontekstual ibadah haji mengandung falsafah kehidupan manusia yang dikonstruksikan dalam setiap ritual haji tersebut:


1. Thawaf tujuh kali mengitari Ka’bah simbol kapatuhan makhluk  kepada Khalik.
Ratusan ribu orang yang berthawaf, silih berganti tanpa henti, terlihat seperti  ribuan asteroid, komet, dan planet yang mengitari matahari. Atau seperti milyaran bintang di galaksi bima sakti yang mengitari pusat galaksi. Mereka adalah miniatur alam semesta yang tak pernah membangkang kehendak Penciptanya Allahu Rabbul ‘alamin.
Bulan mengitari bumi, bumi dan planet-planet mengitari matahari, matahari dan milyaran bintang mengitari pusat galaksi, dalam bahasa fisika, gerakan benda-benda langit akibat gaya gravitasi,  sedangkan dalam bahasa Alqur’an gerakan perputaran itu adalah bukti ketaatan langit dan bumi kepada Khaliq-nya, tanpa tawar-menawar sesuai janji keduanya :
Dia (Allah) berkata kepada langit dan bumi, "Datanglah kalian dengan taat atau terpaksa". Keduanya menjawab, "Kami datang dengan taat". (QS. Al-Fusshilat:11)
Islam bermakna tunduk dan patuh tanpa pembangkangan, semua yang ada di langit dan di bumi tunduk dan patuh kepada Allah, angin bergerak sesuai perintah Allah, hujan turun ditempat-tempat yang Allah tentukan, matahari terbit pagi dan tenggelam di sore hari tak pernah inkar janji, binatang-binatang tunduk kepada hukum alam yang Allah tentukan, coba perhatikan apakah alasan yang logis dari migrasi ribuan kerbau, saat mereka melintasi sungai yang di dalamnya ada ratusan buaya?. Tidak ada alasan yang logis, tapi kita bisa memahami begitulah Allah menjaga keseimbangan alam, kerbau-kerbau itu menyeberangi sungai hanya untuk menjadi santapan buaya, kalau tidak maka populasi kerbau akan mendominasi padang rumput, sehingga binatang lain kesulitan mencari makan.

Lalu bagaimana Allah menjaga keseimbangan predator, supaya jumlah peredator tetap proporsional dengan makanannya?. Hampir semua predator hidup berkelompok, dan mereka sangat ketergantungan dengan kelompok itu, Coba perhatikan kehidupan buaya, pejantan yang paling tangguh akan mendominasi kelompoknya, hanya dia yang berhak kawin, sedangkan pejantan yang lemah akan tersingkir dan lama-lama ia akan mati, begitulah hukum Allah yang berlaku untuk buaya.

Begitu juga dengan singa dan harimau, apabila terjadi pertarungan dua pejantan, maka yang kalah kalau dia masih hidup akan meninggalkan kelompoknya, kalau dia tidak dapat menemukan kelompok baru maka dia akan mati, karena dia tidak bisa berburu sendiri. Sementara pejantan baru yang mengalahkannya tadi, akan membunuh semua anak-anaknya, untuk memastikan tidak ada keturunan lain di kelompok itu kecuali keturunan si pejantan, dan juga karena si betina tidak akan mau kawin selama anak-anaknya masih disampingnya. Demikian Allah mengatur populasi singa dan harimau agar tetap seimbang dengan makanan mereka, dan kondisi seperti inilah yang dimaksud ketundukan langit dan bumi kepada Allah.
Meskipun telah banyak pelajaran yang Allah berikan lewat alam sekitar, namun  manusia tetap saja suka membangkang, padahal  pembangkangan itu tidak berpengaruh sama sekali tehadap kemuliaan Allah SWT, pembangkangan mereka itu hanya akan merugikan mereka sendiri, sehebat apapun usaha seseorang untuk lari dari ketentuan Allah, itu hanya akan membuat mereka lelah dan letih sendiri, toh ketentuan Allah akan berlaku jua kepadanya, apakah dia menerimanya dengan senang hati atau dengan terpaksa?.

Disaat seorang pemimpin lari dari sikap amanah yang Allah wajibkan kepadanya, maka kemiskinan dan kekacauanlah yang akan menimpa negri itu. Disaat yang sama dia akan kehilangan kepercayaan rakyat dan selamanya dicap jahat, hatinya selalu gelisah, tingkah lakunyapun akan serba salah, sementara dosa dan kezhaliman yang dia perbuat sudah pasti akan menggerogotinya di akhirat.
Disaat seorang suami lari dari sikap tanggung jawab kepada keluarganya, maka antara suami istri akan jarang saling tegur, ayah dan anak-anak  jarang akur, lama-lama keluarga itu akan hancur.

Disaat seorang wanita tidak menutup aurat sebagaimana perintah Allah, maka potensi pelecehan kepadanya semakin terbuka, bahkan ia bisa diperkosa, martabatnya jadi hina, diapun pasti berdosa . 

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”. (QS. Yasin:40)

Ka'bah Digelar Rumah Allah

Disaat Allah SWT mewajibkan kita berzakat misalnya, maka orang yang mengeluarkan zakat dengan ikhlas, akan mendapatkan janji Allah berupa ketenteraman jiwa dan keberkahan riski, sedangkan orang yang dengan segala dalih mengatakan dia belum wajib berzakat, maka akan ada saja jalannya supaya uangnya keluar secara sia-sia alias pengeluaran tak terduga, yang sering sekali jumlahnya jauh lebih besar dari nominal zakat yang mestinya ia keluarkan, disaat hal ini terjadi ia telah berdosa berkali-kali, ia berdosa karena tidak berzakat, dosa karena melakukan pemborosan dan dosa karena  membohongi diri sendiri, oleh karena itu seorang yang beriman tidak ada pilihan lain baginya selain patuh kepada Allah SWT :

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab: 36)

2.  Sa’i merupakan simbol etos kerja yang tinggi.
Manusia hanya wajib berusaha namun hanya Allah jualah yang akan menentukan segalanya, inilah hikmah dibalik peristiwa sa’i, saat itu Hajar dan anaknya Ismail kehausan, maka Hajar berlari-lari dari bukit Shafa ke Marwa, berharap menemukan setetes air pelepas dahaga, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, sesudah tujuh kali ia berusaha, ternyata yang dia temukan hanya fatamorgana, disaat ia hampir putus asa, muncul harapan kepada yang kuasa, dia kembali ke dekat Ismail yang sudah lama menunggunya, tiba-tiba keajaiban mucul dari hentakan kaki Ismail yang mulia, setetes air yang diharapkan ternyata yang Allah berikan sumber air yang tidak ada putus-putusnya, Hajar membendung air itu dengan pasir seraya berkata zam...zam (kumpu...kumpul...), lalu mereka meminumnya seraya bersyukur kepada yang kuasa.

Begitulah sering kita temukan dalam kehidupan, banyak orang berusaha dengan segala daya dan upaya, letih lelah sudah biasa, dingin dan panas sudah dirasa, namun terkadang kehidupan tak berubah juga, sadarilah ...sesungguhnya kita hanya wajib berusaha, masalah hasilnya serahkan kepadaNya. (Lihat QS. Al Insyirah: 7-8)

Ada pepatah lama, “Takkan lari gunung dikejar” begitulah memang kenyataannya, berapa banyak orang yang gigih berusaha, tapi kedaan ekonominya biasa-biasa saja, sebaliknya banyak orang yang tidak memiliki kelebihan dan perjuangan yang luar biasa, tapi keberuntungannya selalu luar biasa, kalau ada undian dia sering menang, lucky draw dia selalu dapat   riski itu memang di tangan Tuhan, tapi kita wajib menjemputnya.

Related Posts:

0 Response to "FILOSOFI IBADAH HAJI"

Post a Comment