Komjen. Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964; umur 51 tahun) adalah seorang perwira Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang ikut bergabung dengan tim yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin Moch Top. Kombes Pol. H.M.Tito Karnavian naik pangkat menjadi Brigjen Pol. dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Tito Karnavian menggantikan Komjen Pol. Saud Usman Nasution, yang menjabat Direktur I Keamanan dan Transnasional Bareskrim Mabes Polri.
Sekarang melalui TR Kapolri 14 Maret 2016 Komjen. Pol. Tito Karnavian telah diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun. Sebelumnya Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya. Komjen. Pol. Tito Karnavian pun menjadi Angkatan AKABRI 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang tiga.
Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Bareskrim, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005[1]. Ia mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, serta Rycko Amelza Dahniel, dkk.
15 Juni 2016, Presiden Joko Widodo mengirim surat kepada DPR menunjuk Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Badroidin Haiti yang akan segera pensiun. Ini mematahkan tradisi senioritas di tubuh Polri karena Tito lebih dipilih ketimbang para seniornya yang bepangkat tiga bintang.
Latar Belakang
Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang. Tito melanjutkan pendidikan Akabri tahun 1987. Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang "Police Studies".
Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dia bersekolah di Xaverius dan menyambung pendidikan di SMA Negeri 2 Palembang. Tatkala duduk di kelas 3, Tito mulai mengikuti ujian perintis. Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Empat-empatnya ia lulus, tapi yang dipilih Akabri terutama Akademi Kepolisian.
Pendidikan
Sekarang melalui TR Kapolri 14 Maret 2016 Komjen. Pol. Tito Karnavian telah diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun. Sebelumnya Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya. Komjen. Pol. Tito Karnavian pun menjadi Angkatan AKABRI 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang tiga.
Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Bareskrim, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005[1]. Ia mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, serta Rycko Amelza Dahniel, dkk.
15 Juni 2016, Presiden Joko Widodo mengirim surat kepada DPR menunjuk Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Badroidin Haiti yang akan segera pensiun. Ini mematahkan tradisi senioritas di tubuh Polri karena Tito lebih dipilih ketimbang para seniornya yang bepangkat tiga bintang.
Latar Belakang
Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang. Tito melanjutkan pendidikan Akabri tahun 1987. Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang "Police Studies".
Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dia bersekolah di Xaverius dan menyambung pendidikan di SMA Negeri 2 Palembang. Tatkala duduk di kelas 3, Tito mulai mengikuti ujian perintis. Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Empat-empatnya ia lulus, tapi yang dipilih Akabri terutama Akademi Kepolisian.
Pendidikan
- SD Xaverius 4 Palembang
- SMP Xaverius 2 Palembang
- SMA Negeri 2 Palembang
Tito melanjutkan pendidikan Akabri lulus tahun 1987. Dia adalah penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik angkatan 1987.[2] Tito menyelesaikan pendidikan di University of Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih S-1 dalam bidang Ilmu Kepolisian dan mendapatkan Bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan terbaik PTIK.
Tito Karnavian juga menyelesaikan pendidikan di Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies, dan mengikuti pendidikan di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2008 sebagai kandidat PhD dalam bidang Strategic Studies. Maret 2013 ia menyelesaikan PhDnya dengan nilai excellent.
Karier
Penangkapan Tommy Soeharto
Karier Tito dalam kepolisian cepat melesat berkat prestasi yang dicapainya. Tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin. Berkat sukses menangkap Tommy, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Densus 88
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel. Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.
Penangkapan Azahari Husin
Tito juga termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Ia turut mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Kombes Pol.
Konflik Poso
Densus 88 Antiteror juga berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.
Penangkapan Noordin Mohammad Top
Tito termasuk perwira yang bergabung dalam tim penumpasan jaringan terorisme pimpinan Noordin Mohammad Top tahun 2009.
Kapolda Papua
Dalam surat telegram Kepala Polri, Inspektur Jenderal Tito diangkat menjadi Kepala Polda Papua pada 3 September 2012 menggantikan pejabat lama, Inspektur Jenderal Bigman Lumban Tobing. Namun, secara resmi baru aktif pada 27 September 2012.[3]
Menurut Komisioner Kompolnas Hamidah, selama Irjen Pol Tito Karnavian menjabat sebagai Kapolda Papua, sejumlah penembakan misterius masih terus terjadi. Bahkan kontak tembak antar pasukan dan kelompok separatis juga marak. Namun jumlah penembakan tersebut bisa ditekan. "Dia mempunyai prestasi yang bagus di Papua. Meskipun tidak semua bisa diselesaikan karena permasalahan Papua rumit," ujar Hamidah.[4]
Jauh lama setelah tidak menjabat Kapolda Papua dan terjadi kegaduhan politik di DPR akhir tahun 2015, akibat rekaman pembicaraan kasus pemufakatan jahat Mantan Ketua DPR terhadap PT Freeport bulan November 2015, nama Tito Karnavian disebut dalam rekaman yaitu yang berhubungan dengan Pilpres 2014 dalam kapasitasnya sebagai Kapolda Papua[5]. Tito pun membantah dan mengatakan bahwa dia pernah membicarakan Freeport tetapi konteksnya berbeda, yaitu kepada Menteri ESDM Sudirman Said dalam saran pengamanan Freeport[6]
Asrena Polri
Dalam rotasi pejabat tinggi dalam Polri setingkat Kapolda tahun 2014, Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian menempati jabatan baru sebagai Asrena (Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran. Tito menempati pos yang sebelumnya dipegang oleh Irjen Pol Sulistyo Ishak, yang mengakhiri jabatannya di Polri karena telah purna tugas. "Kapolda Papua dari pak Tito kepada Brigjen Pol Drs Yotje Mende, Kasespimti Lemdik Polri," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie. Menurut Sompie, pelantikan Tito ini dilangsungkan pada tanggal 16 Juli 2014 di Rupatama Polri.[4] Tito dianggap cocok menjabat Asrena Polri yang merupakan salah satu pos bergengsi di Mabes Polri. Kendati Kapolda Papua dan Asrena sama-sama jabatan untuk bintang dua tetapi level Asrena Polri adalah “setingkat” di atas posisi Kapolda Papua.[2]
Kapolda Metro Jaya
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memutasi sejumlah Perwira Tinggi (Pati) Polri yang menduduki dan meninggalkan kursi kepemimpinan di beberapa daerah. Salah satu Pati yang terkena mutasi ialah Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono. Unggung akan meninggalkan kursi Metro Jaya 1 dan memegang jabatan baru sebagai Asisten Operasi Kapolri. Sebagai gantinya, jabatan Kapolda Metro Jaya akan diemban oleh Irjen Pol Tito Karnavian. Berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/1242/VI/2015 yang dipublikasikan Jumat (5/6/2015).[7]
Berada pada pusat episentrum Indonesia, Tito Karnavian mendapat banyak sorotan media dan publik. Banyak gebrakan yang dilakukan Beliau diawal jabatannya,[8] salah satunya yaitu Beliau meminta jajarannya untuk blusukan mengurai kemacetan setiap Senin pagi dibandingkan melakukan Apel Pagi[9]. Salah satu kasus besar yang dihadapi Tito yaitu teror bom dan penembakan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016. Dengan pengalamannya yang mendalam soal terorisme, tak kurang dari 5 jam Ibukota sudah kembali dikuasai dan kondusif dan 7 tersangka sudah tertangkap. Menurut Beliau kasus ini merupakan tanggung jawab ISIS serta merupakan perebutan kekuasaan ISIS di Asia Tenggara melalui eks Narapidana Bahrun Naim. Beberapa kasus lainnya yang banyak menyedot perhatian publik yaitu: Dua kali ancaman teroris di Mall Alam Sutera, Kota Tangerang, kontroversi penetapan status siaga satu Jakarta saat Final Piala Presiden 2015[10],
Riwayat Pendidikan
- SD di Palembang (1976)
- SMP di Palembang (1980)
- SMA Negeri 2 Palembang (1983)
- Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.[2]
- Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
- Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
- Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
- Sespim Pol, Lembang (2000)
- Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
- Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013)
Penugasan Luar Negeri
- UK (Master's Degree Program - University of Exeter, United Kingdom) (1992 – 1993)
- Republic of Ireland (Comparative Study) (1992)
- France (Comparative Study) (1993)
- (Official visit to Paris Police Nationale and Gendarmerie) (2005, 2007, 2009, 2012)
- Spain (Comparative Study) (1993)
- (Official visit to Spanish Police – Madrid) (2005)
- The Netherlands (Comparative Study) (1993, 2002)
- Italy (Comparative Study) (1993)
- Austria (Comparative Study) (1993)
- USA (NYPD, LAPD, FBI ACADEMY Quantico- Official visit) (1997)
- Hawaii (Asian Crimes Conference) (2004)
- Hawaii (PASOC Conference on Terrorism) (2007)
- Washington DC (Conference and Lemhannas study trip) (2008, 2010, 2011)
- Mexico (official visit) (2001)
- New Zealand (Command & Staff College 7 months) (1998)
- (Guest Speaker in Anti Terrorism Conference) (2005)
- Vietnam (ASEANAPOL Conference Hanoi) (1998)
- Hongkong (official visit) (1998, 2002)
- (Investigation into an Intellectual Property Rights case) (2000)
- Australia (Official visit with the Chief of Indonesia Nat Police) (1997)
- (Course at Army Staff College) (1998)
- (Management of Serious Crime Course Canberra) (2000)
- (Radicalisation course in Sydney) (2010)
- (Seminar on Terrorism, Canberra and Sydney) (2010)
- Seminar on Terrorism di Canberra and Sydney (2011, 2012)
- South Korea (Interpol Conference – Seoul) (2002)
- Saudi Arabia (Umrah, Haji) (2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2011)
- Switzerland (official visit) (2004)
- Singapore (Anti Terrorism Course, info sharing withSingaore Police, Force Conference) (2005)
- (Guest Speaker – Asian Conference on Global Security) (2007)
- Various Seminars, PhD program (2008-2012)
- Germany (Berlin, Koln, Heidelberg – Official visit to BKA) (2005)
- Malaysia (Maritime Security Conference and Course, SEARCCT) (2005, 2006)
- Sharing operation (2008, 2009, 2010)
- Brunei (official visit) (2005)
- Turkey (Istanbul, official visit) (2005)
- (2nd Istanbul Conference on Terrorism and Global Security) (2007)
- GCTF Conference (2011)
- Philippines (Investigation into terrorism case) (2005)
- (Trainer in a joint course for INP and PNP officers) (2009)
- Japan (Tokyo, 1st Japan-ASEAN Dialogue on Counterterrorism) (2006)
- (Tokyo, Intersessional Meeting Japan-ASEAN Counter Terrorism Dialogue) (2007)
- Tokyo, Kobe, Kyoto – Official visit to NPA (2011)
- Thailand (official visit) (2006)
- (official visit to Indonesian Embassy) (2007)
- Jordan (1st Fusion Task Force –Anti Terrorism Interpol, Amman) (2006)
- Egypt (Official visit to Kairo and Alexandria) (2007)
- United Arab Emirates (Dubai – Official Visit) (2007)
- Pakistan (Islamabad-1st Meeting of Indonesia-Pakistan Joint Working Group on Terrorism) (2007)
- Russia, CT dialogue Indonesia and Russia in Moscow (2010)
- Cambodia (Speakers on Terrorism and Political Conflicts in Phnom Penh) (2009)
- (Indonesian Delegation for ASEANAPOL) in Siem Rep (2010)
- Poland – Head of Delegation for Anti Nuclear Smuggling – Interpol (2012)
- Paris - Co-ordination for investigating bomb blast at Indonesian embassy (2012)
- Australia - Head of Part-Negotiation for Case of Poisoning among Cyanide and Arsenic (2016)
Tanda Pangkat
- Inspektur Polisi Dua (1987)
- Inspektur Polisi Satu (1990)
- Ajun Komisaris Polisi (1993)
- Komisaris Polisi (1997)
- Ajun Komisaris Besar Polisi (2001)
- Komisaris Besar Polisi (2005)
- Brigadir Jenderal Polisi (2010)
- Inspektur Jenderal Polisi (2012)
- Komisaris Jenderal Polisi (2016)
Riwayat Jabatan
- Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987)
- Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987–1991)
- Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992)
- Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat
- Sespri Kapolda Metro Jaya (1996)
- Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997)
- Sespri Kapolri (1997–1999)
- Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)
- Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)
- Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002)
- Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003)
- Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005)
- Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005)
- Kapolres Serang Polda Banten (2005)
- Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005)
- Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006)
- Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009)
- Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010)
- Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011-21 Sept 2012)
- Kapolda Papua (21 Sept 2012-16 Juli 2014)
- Asrena Polri (16 Juli 2014-12 Juni 2015)
- Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015-16 Maret 2016)
- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016-sekarang)
Tanda Kehormatan/Penghargaan
- Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) (1987)
- Bintang Wiyata Cendekia (lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta) (1996)
- Kenaikan Pangkat Luar Biasa Mayor ke Ajun Komisaris Besar (2001)
- Kenaikan Pangkat Luar Biasa Ajun Komisaris Besar ke Komisaris Besar (2005)
- Penghargaan memimpin operasi anti teror di daerah konflik Poso Sulawesi Tengah (2007)
- Kenaikan Pangkat Luar Biasa Komisaris Besar ke Brigadir Jenderal (2009)
- Kenaikan Pangkat Luar Biasa Brigadir Jenderal ke Inspektur Jenderal (2011) (Penyesuaian kepangkatan BNPT)
- Bintang Seroja Lulusan Terbaik Lemhanas PPSA 17 (2011)
- Bintang Bhayangkara Nararya
- Bintang Bhayangkara Pratama
- Satyalencana Kesetiaan 8 Tahun
- Satyalencana Kesetiaan 16 Tahun
- Satyalencana Kesetiaan 24 Tahun
- Satyalencana Dwidaya Sistha
- Satyalencana Ksatria Tamtama
- Satyalencana Bhakti Nusa
- Satyalencana Darma Nusa
- Satyalencana Bhakti Buana
- Satyalencana Jana Utama
- Satyalencana Santi Dharma
- Satyalencana Karya Bakti
- Satyalencana Seroja
- Satyalencana Dharma Phala
- Satya Lencana Nararia
- Satya Lencana UN Mission
- The United Nation Medal (PBB)